PENULISAN ILMU BUDAYA DASAR (5)
PENULISAN ILMU BUDAYA DASAR (5)
PENULISAN
ILMU
BUDAYA DASAR
UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS
MATA KULIAH
“ILMU BUDAYA DASAR”
DOSEN PENGAJAR
PAK BUDI PRIJANTO.
DISUSUN OLEH :
FARHAN DIAZ ATTARICK
NPM:12117175
KELAS:1KA15
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan
ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan ini dengan baik dan benar, serta
tepat pada waktunya. Dalam Penulisan kali ini saya akan membahas tentang IBD
sebagai salah satu MKDU.
Penulisan ini telah dibuat
dengan berbagai beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan penulisan ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan penulisan ini.
Saya menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang mendasar pada penulisan ini. Oleh karena itu saya
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membuat saya
menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat saya harapkan untuk penyempurnaan penulisan selanjutnya.
Akhir kata semoga penulisan ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Depok, Mei 2018
Depok, Mei 2018
Manusai Dan Keindahan
A. Keindahan
· Pengertian
Keindahan
Keindahan
berasal dari kata indah, yang artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan
sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan adalah
kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama
yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak
mengandung keindahan berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal,
artinya tidak terikat oleh selera perorangan, waktu dan tempat, selera mode,
kedaerahan atau lokal.
Keindahan adalah sesuatu
konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati, keindahan bisa dinikmati melalui
suatu karya. Dengan kata lain keindahan dapat dinikmati jika dihubungkan dengan
suatu bentuk.
Keindahan memiliki
perbedaan, perbedaan keindahan menurut luasnya :
- Keindahan dalam arti luas.
Keindahan dalam arti luas
menurut plotinus ilmu yang indah dan kebajikan yang indah.
- Keindahan dalam arti estetis murni
Keindahan dalam arti
estetis murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya
dengan sesuatu yang diserapnya.
- Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungan
penglihatan.
Keindahan dalam arti yang
terbatas, mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut
bendabenda yang dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan
bentuk dan warna.
Nilai Estetik
Dalam rangka teori umum
tentang nilai The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian
keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti hal nya nilai moral,
nilai ekonomik, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan
segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik.
Nilai Estetik seringkali
dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth)
atau kebaikan (goodness). Dalam dictionary of sociology and
related sciences diberikan perumusan tentang value yang lebih terinci
lagi sebagai berikut :
“The believed
capacity of any object to satisfy a human desire. The quality of any abject
which causes it to be on interest to an individual or a group”. ( kemampuan yang dipercaya ada pada sesuatu
benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sifat dari sesuatu benda yang
menyebabkan menarik minat seseorang atau sesuatu golongan).
Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik adalah
sifat baik dari keindahan alam yang bersangkutan, bisa juga
digunakan sebagai tujuan, ataupun demi kepentingan alam itu sendiri. Misalnya
pesan tentang keagungan Allah yang menciptakannya melaui keindahan alam itu
sendiri.
Nilai Ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat
baik dari suatu keindahan alam sebagai sarana untuk
sesuatu hal yang lain (instrumental/contributory value) , yakni nilai
yang bersifat sebagai sarana untuk membantu sesuatu yang lain. Misalnya
keindahan alam menjadi sarana untuk membantu perekonomian penduduk sekitarnya
dengan menjadikan keindahan alam tersebut sebagai objek wisata, dimana para
penduduk sekitar bisa melakukan kegiatan usaha mulai dari menediakan tempat
menginap, berdagang kebutuhan-kebutauhan bagi para pengunjung dan lain-lain.
Contoh :
- Puisi bentuk puisi yang terdiri dari bahasa,
diksi, bans, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik. Sedangkan pesan
yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu
disebut nilai instrinsik.
- Tari, tarian Damarwulan-minakjinggo suatu
tarian yang halus dan kasar dengan segala macam jenis pakaian dan
gerak-geriknya.
Kontemplasi dan Ekstansi
Kontemplasi adalah dasar
dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses
bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari
nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan.
Ekstansi adalah dasar
dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang
indah.
B. Renungan
Renungan
berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan
sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung
untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah :
· TEORI
PENGUNGKAPAN
Dalil
dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” ( seni
adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori ini terutama bertalian
dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya
seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto
Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa
Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”.
Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression of impressions”
(Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan
intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui
penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan
(images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran
angan-angan seperti misalnya images wama, garis dan kata. Bagi seseorang
pengungkapan berarti menciptakan seni dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan
jasmaniah keluar. Pengalaman estetis seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam
gambaran angan-angan.
· TEORI
METAFISIK
Teori
semi yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni
berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik
filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato
mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan
metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi
sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi
ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni
yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (timan) dari realita duniawi
Sebagai contoh Plato mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi dan indah
sempurna ciptaan Tuhan. Kemudian dalam dunia ini tukang kayu membuat ranjang dari
kayu yang merupakan ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan akhirnya seniman
meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya dalam sebuah lukisan. Jadi
karya seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari
kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat
sebagai warga dari negara Republik yang ideal menurut Plato.
· TEORI
PSIKOLOGIS
Teori-teori
metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan
konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak
memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam
abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam
pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya
berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah
pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya
seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar
dari keinginan-keinginan itu. Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori
permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert
Spencer (1820-1903).
C. Keserasian
Keserasian
berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar,
dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan,
pertentangan, ukuran dan seimbang. Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang
berpakaian harus dipadukan warnanya bagian atas dengan bagian bawah, atau
disesuaikan dengan kulitnya.
· TEORI
OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
The
Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta
seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori subyektif. Salah satu
persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari
keindahan. Apakah keindahan menampakan sesuatu yang ada pada benda indah atau
hanya terdapat dalam alarn pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari
persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai
teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung
teori obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung
teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke. Teori
obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai
estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk indah
yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang
hanyalah mengungkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan
sama sekali tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah
ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap
bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad
ialah perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain
menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas
tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori
subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda
itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din seseorang yang mengamati
sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si
pengamat itu. Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik,
maka hal itu diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman
estetik sebagai tanggapan terhadap benda indah itu. Yang tergolong teori
subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu
benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang
berupa menyukai atau menikmati benda itu.
· TEORI
PERIMBANGAN
Teori
obyektif memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari benda-benda. Kualitas
bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh
bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abab 5 sebelum
Masehi sampai abab 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno
yang berupa banyak tiang besar. Dan dalam ilmu Yunani Kuno teori perimbangan
dalam keindahan dianggap sebagai kualitas dari benda benda yang disusun.
Kesimpulan
Keindahan
tidak dapat dilihat, melainkan dapat dirasakan. Keindahan memiliki arti dan
cakupan yang cukup luas. Keindahan memiliki nilai-nilai estetika yang
berhubungan dengan keindahan tersebut. Ada tiga hal yang nyata ketika seseorang
menyatakan bahwa sesuatu itu indah, apabila ada keutuhan (Integrity) ada
keselarasan (Harmony) serta kejelasan (Clearity) pada objek tersebut. Ini
biasanya disebut sebagai hukum keindahan.
Untuk
merasakan keindahan, maka diperlukan sebuah renungan. Dan di dalam renungan itu
terdapat banyak teori yang berbeda yang menjelaskan bahwa renungan memiliki
banyak macam cara untuk mendeskripsikannya.
Dalam
keindahan haruslah terdapat sebuah keserasian antara satu hal dengan hal
lainnya. Pada teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang
mencipta nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada
bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Teori
subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda
itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din seseorang yang mengamati
sesuatu benda.
Komentar
Manusia
dan keindahan memiliki keterkaitan satu sama lain, tanpa keindahan hidup kita
tidak akan bewarna. Suatu bentuk karya yang menghasilkan keindahan memiliki
nilai estetika, nilai intrisik, dan nilai ekstrinsik. Karya yang memiliki
keindahan bisa juga didapat dari renungan dan keserasian yang ada. Oleh karena
itu, kita sebagai manusia harus menjaga keindahan yang ada di sekitar kita baik
keindahan alam maupun keindahan buatan manusia.

Komentar
Posting Komentar