PENULISAN ILMU BUDAYA DASAR (8)
PENULISAN ILMU BUDAYA DASAR (8)
PENULISAN
ILMU
BUDAYA DASAR
UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS
MATA KULIAH
“ILMU BUDAYA DASAR”
DOSEN PENGAJAR
PAK BUDI PRIJANTO.
DISUSUN OLEH :
FARHAN DIAZ ATTARICK
NPM:12117175
KELAS:1KA15
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018
Manusia Dan Pandangan Hidup
A. Ideologi
Jadi Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang
gagasangagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran
tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut
Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan citacita.
Dalam perkembangannya terdapat pengertian Ideologi
yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Istilah Ideologi pertama kali dikemukakan
oleh Destutt de Tracy seorang Perancis pada tahun 1796. Menurut Tracy ideologi
yaitu ‘science of ideas’, suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan
institusional dalam masyarakat Perancis.
1. Pandangan Hidup
Pandangan Hidup
merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan
rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu,
masyarakat, atau negara. Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta
undang-undang harus merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah
dirumuskan.
Pandangan hidup sering
disebut filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan
kebenaran dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan
pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh semua orang dan semua golongan.
Setiap orang, baik dari
tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi,
mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi
orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai
cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat negative.
Disinilah peranan
pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung
seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak
akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah,
hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya.
Biasanya orang akan
selalu ingat, taat, kepada Sang Pencipta bila sedang dirudung kesusahan. Namun,
bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa
akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada
Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
1. Kurangnya
penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
2. Kurangnya
keyakinan pandangan hidupnya.
3. Kurang memahami
nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
4. Kurang mampu
mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam
pandangan hidupnya.
5. Atau sengaja
melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian,
pandangan hiup erat
sekali kaitannya dengan cita-cita.
Pandangan hidup
merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat mencerminkan cita-cita atau
aspirasi seseorang dan sekelompok orang atau masyarakat.
Pandangan hidup
merupakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan, sebab kadang-kadang pandangan
hidup hanya merupakan suatu idealisme belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir
didalam masyarakat. Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985)
berpendapat bahwa pandangan hidup itu bersifat elastis. Maksudnya bergantung
pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif.
Pandangan hidup yang
sudah diterima oleh sekelompok orang biasanya digunakan sebagai pendukung suatu
organisasi disebut ideology. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan,
tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh jalan hidupnya menuju
tujuan akhir.
2. Cita-Cita
Pandangan hidup
terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan dan
sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Dalam
kehidupannya manusia tidak dapat melepas diri dari cita-cita, kebajikan dan
sikap hidup itu.
Orang tua selalu
menimang-nimang anaknya sejak masih bayi agar menjadi dokter, insinyur, dan
sebagainya. Ini berarti bahwa sejak anaknya lahir, bahkan sejak dalam
kandungan, orang tua telah berangan-angan agar anaknya itu mempunyai jabatan
atau profesi yang biasanya tak tercapai oleh orang tuanya.
Selain dari itu,
pada setiap kelahiran bayi, do’a yang di ucapkan oleh family atau handai taulan
biasanya berbunyi : “ Semoga kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa,
bangsa, agama, dan berbakti kepada orang tua.
Karena itu wajarlah
apabila cita-cita, kebajikan, dan pandangan hidup merupakan bagian hidup
manusia. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan
tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat cita-cita, kebajikan, dan
sikap hidup itu berbeda-beda bergantung kepada pendidikan, pergaulan, dan
lingkungan masing-masing.
Cita-cita itu
perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita
sering kali diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat atau harapan.
Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan
kedinamikan manusia.
Ada tiga kategori keadaan hati seseorang yakni
lunak, keras,dan lemah, seperti :
– Orang yang berhati keras, biasanya tak berhenti
berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan rintangan,
tantangan, dan segala esulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati keras
biasanya juga mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
– Orang berhati lunak biasanya dalam usaha mencapai
cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap
berusaha mencapai cita-cita itu. Karena, biarpun lambat ia akan berhasil juga
mencapai cita-citanya.
– Orang yang berhati lemah biasanya mudah
terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Bila menghadapi kesulitan cepat-cepat ia
berganti haluan dan berganti keinginan.
3. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan pada hakikatnya adalah
perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika.
Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik dan makhluk
bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik. Untuk
melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu :
1. Manusia sebagai pribadi, Yang menentukan
baik-buruknya adalah suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati
untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim
terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun
manusia seringkali tidak mau mendengarkan.
2. Manusia sebagai anggota masyarakat, Yang
menentukan baik-buruknya adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia
adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Sebagai
anggota masyarakat, manusia tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatan.
3. Manusia sebagai makhluk tuhan, manusia pun harus
mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia
berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur
perbuatan baik dan buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau Kehendak
Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk Hukum Tuhan atau Hukum agama.
Jadi, kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras
dengan suara hati kita, suara hati masyarakat, dan Hukum Tuhan. Kebajikan
berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik,
ramah-tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang
melihatnya.
Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang
berselubung kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya
orang-orang munafik yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.
4. Usaha/perjuangan
kerja keras untuk
mewujudkan cita – cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk melanjutkan
hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan, perjuangan untuk
hidup dan ini sudah kodrat manusia.
Tanpa usaha/perjuangan
manusia tak dapat hidup sempurna. Apabila manusia ingin menjadi kaya, ia harus
kerja keras. Bila seseorang ingin menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan
mengikuti semua ketentuan akademik.
Kerja keras itu dapat
dilakukan denga otak/ilmu atau jasmani/tenaga, dan bisa juga keduanya. Para
ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya daripada
jasmani/tenaganya. Sebaliknya buruh bekerja keras dengan jasmani/tenaganya
daripada otaknya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan menigkatkan harkat
dan martabat manusia. Pemalas membuat manusia itu miskin, melarat dan tidak
mempunyai harkat dan martabat. Karena itu tidak boleh bermalas – malasan,
bersantai – santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan
manusia yang mengaturnya.
Dalam agamapun
diperintahkan untuk kerja keras, sebagaimana hadist yang diucapkan Nabi Besar
Muhammad S.A.W yang ditunjuk kepada para pengikutnya “Bekerjalah kamu
seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu
akan mati besok”.
Untuk kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan.
Karena kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara
manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan
keahlian / ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil
sedikit, ketrampilan akan memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan
dengan orang yang tidak mempunyai ketrampilan / keahlian. Karena itu mencari
ilmu dan keahlian / ketrampilan itu suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan
dalam ungkapan sastra “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” dalam
pendidikan dikatakan sebagai “Long life education”.
Karena manusia itu
mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan (cinta kasih) antara sesama
manusia, maka ketidak mampuan akan kemampuan terbatas yang menimbulkan
perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat diatasi bersama-sama secara tolong
menolong, bergotong royong. Apabila sistem ini diangkat ketingkat organisasi
negara, maka negara akan mengatur usaha / perjuangan warga negaranya sedemian
rupa, sehingga perbedaan tingkat kemakmuran antara sesama warga negara dapat
dihilangkan atau tidak terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui
pandangan hidup /idiologi yang dianut oleh suatu negara.
5.Keyakinan atau kepercayaan
Dilihat dari segi
bahasa, keyakinan berasal dari kata yaqin yang artinya percaya sungguh-sungguh.
Kepercayaan berbeda dengan keyakinan. Keyakinan dan keimanan berada di atas
istilah kepercayaan. Dan keyakinan ekuivalen dengan keimanan. Kepercayaan
menerima dengan budi (ratio) dan keyakinan menerima dengan akal.
Dalam kehidupan,
manusia mempunyai banyak keyakinan atas suatu hal. Dengan keyakinannya inilah,
kemudian manusia bertindak sebagai makhluk budaya. Keyakinan yang dimiliki
manusia bisa berwujud bermacam-macam. Dalam hal agama, keyakinan itu berarti
menyakini secara pasti dan benar bahwa Allah adalah Sang Maha Pencipta. Dalam
bidang kehidupan manusia menggunakan keyakinan sebagai cara dalam menempuh
kehidupan. Tanpa keyakinan kehidupanakan diliputi oleh bimbang.
6.Langkah-langkah berpandangan hidup yang baik
Akal dan budi
sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia itu.
Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Satu diantar keunggulan manusia tersebut ialah
pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak
lain menusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia
mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat
terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik
maupun non fisik. Seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan, dan
sebagainya.
Selain itu manusia sadar
pula bahwa kehidupannya itu lain bila dibandingkan dengan kehidupan makhluk
lain. Sadar pula bahwa dibalik kehidupan ini ada kehidupan lain yang diyakini
lebih abadi. Lebih yakin lagi bahwa kehidupan lain itu bahkan merupakan
kehidupan yang sesungguhnya.
Disana setiap manusia akan mempertanggung jawabkan
apa yang dilakukan selama hidup didunia. Manusia tahu benar bahwa baik dan
buruk itu akan memperoleh perhitungan, maka manusia akan selalu mencari sesuatu
yang dapat menuntunnya kearah kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan.
Akhirnya manusia
menemukan apa yang disebut “ sesuatu dan kekuatan diluar dirinya “. Ternyata
keduanya adalah “ Agama dan Tuhan “. Dengan demikian bahwa pandangan hidup
merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua manusia yang memahaminya,
sehingga banyak orang yang memeluk suatu agama semata-mata atas dasar
keturunan. Akibatnya banyak orang yang beragama hanya pada lahirnya saja dan
tidak sampai batinnya. Atau yang sering dikenal dengan agama KTP. Padahal
urusan agama adalah urusan akal, seperti dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam satu hadistnya : Agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang-orang yang
tidak berakal.”
Ternyata,
pandangan hidup sangat penting. Baik untuk kehidupan sekarang maupun kehidupan
di akhirat. Dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan
pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan pilihan akal bukan sekedar
ikut-ikutan saja.
Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi
kita adalah suatu kebutuhan. Bukan kebutuhan sesaat seperti makan, minum,
tidur, dan sebagainya. Melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab
setiap saat kita memerlukan perlindungan Allah SWT dan petunjuk agama sampai
diakhir nanti.
Komentar
Posting Komentar